Diklatsar Angkatan ke-29 GPA Sandhikala SMAGAR
Blogsmagar. Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) untuk anggota baru angkatan ke-29 Gerakan Pecinta Alam Sandhikala SMAN 1 Garawangi dilepas kepala sekolah, Drs. H. Rukadi, M.Pd., Jumat 25/10.
Kegiatan diikuti oleh 19 peserta dan dilaksanakan di Bumi Perkemahan (Buper) Palutungan selama dua hari.
Berfikir kritis bertindak realistis teguh dalam kesendirian kuat dalam kebersamaan merupakan tema diklatsar. Adapun tujuannya yang pertama adalah merealisasikan program kerja. Kedua, proses regenerasi. Ketiga, menjalin komunikasi dan memupuk tali persaudaraan, persatuan, dan kesatuan anggota. Keempat, penekanan kesadaran dan keteladanan untuk menjadi pelaku ekstrakurikuler yang amanah dalam setiap langkah, tindakan dan niat dalam beraktivitas. Kelima, upaya mewujudkan komitmen bersama akan nilai-nilai perjuangan. Keenam, menumbuhkembangkan kesadaran dan motivasi dalam berkegiatan. Ketujuh, membangun pola pikir yang kritis solutif dalam rangka menjawab dinamika organisasi. Terakhir, perlunya pembelajaran disiplin dan loyalitas karena pola pikir generasi muda sekarang tidak sebanding dengan perkembangan teknologi.
Ari Risnanto, S.Pd. selaku pembina ekstrakuriker PA mengatakan beberapa kendala dalam melaksanakan diklatsar diantaranya adalah peralatan yang belum memadai, seperti HT harus pinjam, tenda panitia tidak cukup, dan cuaca yang mendadak hujan sehingga kegiatan terhenti sejenak.
Peralatan baru terkumpul H-4 yang seharusnya H-7", ujar Wildan Permana, ketua pelaksana menambahkan.
Ari melanjutkan upaya untuk memajukan PA yaitu pertama, pengadaan peralatan gunung yang memadai seperti tenda, flysheet, handy talky, kompas bidik. Kedua, perlunya latihan gabungan antargrup PA sispala dengan tujuan meningkatkan kualitas materi kealaman. Ketiga, kedepannya akan digunakan sistem playcamp tidak sistem base camp.
Peserta diklat mempraktikan langsung materi mountaineering, navigasi darat, Survival, Pertolongan Pada Gawat Darurat (PPGD), pembuatan bivak ponco dan alami, teknik pembuatan trap dan perapian, dan kegiatan keagamaan selapas salat magrib.
Salah satu peserta, Unggun arya Lugina mengatakan praktik yang paling sulit adalah mountaineering.
" Selain harus memperhatikan fisik dan mental, kita juga harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan mendaki, menguasai teknik mendaki, dan tetap memperhatikan keselamatan", ujarnya.
(Red-Yuniawati- Lucita)
Comments
Post a Comment